Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BELAJAR DARI IMAN ABRAHAM (KEJADIAN 18:11)

Sebelum dikenal sebagai bapak orang beriman, Abraham telah melewati berbagai situasi dan kondisi ketidakpastian. Mulai dari Ia harus keluar dari negerinya Ur-Kasdim dan berangkat ke negeri yang ia sendiri tidak tahu. Hingga saat dimana Allah menjanjikan kepadanya keturunan yang banyaknya seperti bintang di langit dan pasir di laut. 

Bacaan kita kali ini Kejadian 18:11 “Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati Haid” menunjukkan suatu fakta ketidakmungkinan kalau Abraham dan Sara akan memiliki keturunan, jangankan sebanyak bintang di langit atau pasir di laut. Satu anak saja rasanya tidak mungkin. Ini jelas sebab sebagai manusia ketika Abraham dan Sara memasuki lanjut umur maka secara otomotis kemampuan reproduksi pun akan menurun apalagi ditambah dengan sebuah fakta bahwa Sara telah mati haid. Maka sangat wajar jika dalam bacaan selanjutnya pada ayat 12 kita menemukan bahwa Sara tertawa dalam hatinya, dan berkata “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?”

Abraham dan Sara
sumber gambar: https://id.pinterest.com/

IMAN VERSUS REALITA

Kondisi Abraham dan Sara saat itu adalah realita yang tidak bisa dipungkiri bahwa bahwa Abraham tidak akan memiliki anak yang lahir dari rahim istrinya Sara. Tetapi Allah menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang penuh kuasa, Allah atas Realita. Pada Kejadian 21:2 kita menemukan fakta yang luar biasa bahwa Allah adalah Allah yang setia pada janji-Nya “Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan Firman Allah kepadanya”. Kejadian 21:5 mencatat bahwa Ishak lahir saat Abraham berumur 100 tahun. 

Bacaan kali ini memberikan pelajaran menarik tentang sikap Abraham. Abraham tidak melihat realita disekelilingnya, Abraham melihat Allah sebagai Tuhan atas dirinya. Abraham meyakini bahwa Allah sanggup menepati janji-Nya sebab Allah setia terhadap janji-Nya. Abraham mengajak kita untuk tetap taat kepada Firman Allah, sebab Firman itu mengandung janji dan Allah setia menepati janji-Nya. 

Kalau hari ini kita sedang bergumul dengan kondisi, realita hidup kita dan semua tampaknya tidak mungkin, ingatlah bahwa Abraham pernah mengalami hal itu namun ia tetap taat bahkan dalam situasi yang mustahil sekalipun. Kehidupan Abraham menunjukkan kepada kita bahwa ketaatannya mendahului berkat yang diterimanya, dan Tuhan adalah Allah yang setia terhadap janji-Nya. Amin 


Posting Komentar untuk "BELAJAR DARI IMAN ABRAHAM (KEJADIAN 18:11)"